Ingin mendirikan PT hanya dalam waktu 3 hari? Dapatkan Sekarang Juga!
Artikel > Pajak Perusahaan > Wajibkah Yayasan Membayar Pajak? Cari Tahu Di sini
Pajak Perusahaan

Wajibkah Yayasan Membayar Pajak? Cari Tahu Di sini

Published on 08 October 2020 4 menit
by Toha

Sebagai badan hukum yang digunakan untuk mencapai tujuan di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yayasan, yang cenderung bersifat non-profit, ternyata tetap dikenakan kewajiban pajak.

Ringkasan:

Kedudukan yayasan sebagai subjek pajak juga dipertegas dalam Penjelasan Pasal 2 huruf b Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan beserta perubahannya yang menjelaskan bahwa yang dimaksud “badan” sebagai subjek pajak adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha termasuk yayasan. Untuk pendirian Yayasan Anda bisa menggunakan Paket Pendirian Yayasan atau Perkumpulan. Yang akan Anda dapatkan:

  • ✔ Akta Pendirian

  • ✔ SK Kemenkumham

  • ✔ NPWP

  • ✔ Tanda Daftar Yayasan (TDY)

Hubungi Sales Kami

Membayar pajak termasuk kewajiban semua warga negara saat mendirikan badan usaha. Namun bila badan usaha yang didirikan bersifat non-profit, apakah juga tetap dikenakan wajib pajak? Ketahui bagaimana peraturan yang ada di Indonesia. 

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan (“UU 28/2004”)., yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota. Berbeda dengan badan hukum lainnya, yayasan hanya memiliki organ yang terdiri atas pembina, pengurus, dan pengawas. 

Yayasan dapat didirikan oleh satu orang atau lebih, di mana orang berarti perseorangan ataupun badan hukum dengan menggunakan harta kekayaan sebagai modal awalnya. Bila yayasan didirikan oleh lebih dari satu orang, maka para pendirinya harus memiliki visi dan misi yang sama dalam melakukan kegiatan, baik kegiatan sosial, keagamaan maupun kemanusiaan, ataupun melakukannya berdasarkan surat wasiat yang telah dituliskan. 

Dalam proses pendiriannya, yayasan dibuat di depan notaris dengan akta notaris yang berbahasa Indonesia, kecuali jika pendirinya adalah orang asing. Adapun jumlah kekayaan awal yayasan yang didirikan oleh orang Indonesia, berdasarkan pemisahan harta kekayaan pribadi ditentukan paling sedikit senilai 10 juta rupiah. Yang dimaksud senilai di sini adalah apabila harta kekayaan tidak berupa uang tunai, maka nilai harta kekayaan tersebut sama dengan minimal 10 juta rupiah. 

Pendirian yayasan, selain untuk tujuan keagamaan, tujuan sosial maupun tujuan kemanusiaan memiliki tujuan lain yaitu nirlaba. Nirlaba artinya, dalam kegiatannya, yayasan tidak memfokuskan diri untuk mencari keuntungan seperti badan usaha lainnya. Namun bila selama kegiatannya, yayasan mendapatkan laba, maka keuntungan tersebut akan digunakan untuk mensejahterakan hidup orang lain, sesuai dengan tujuan didirikannya yayasan. 

Macam-macam bentuk yayasan 

Sesuai dengan tujuannya, yayasan memiliki bentuk yang bermacam-macam, antara lain: 

  • Yayasan sosial 

Yayasan yang bergerak di bidang sosial adalah yayasan yang jenis dan bentuk kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan sosial, misalnya seperti yayasan panti jompo, yayasan rumah sakit, klinik, panti asuhan, laboratorium, dan sebagainya. 

  • Yayasan kemanusiaan 

Seperti namanya, yayasan kemanusian berarti yayasan yang berkecimpung di bidang kemanusiaan, yang memberikan bantuan berupa donasi maupun aksi kemanusiaan lainnya. Yayasan ini akan memberikan bantuan kepada orang-orang yang terkena bencana, pengungsi, orang yang memiliki kekurangan finansial, orang-orang yang tidak memiliki tempat tinggal, dan masalah kemanusiaan lainnya. 

  • Yayasan keagamaan 

Yayasan keagamaan adalah yayasan yang bergerak di bidang keagamaan, di mana kegiatannya berhubungan dengan pengembangan terhadap berbagai macam rumah ibadah dan kegiatan keagamaan. Yayasan ini biasanya akan mengelola rumah ibadah, pesantren, atau sekolah yang berlandaskan keagamaan. 

Membayar pajak termasuk kewajiban yayasan atau bukan?

Seperti yang telah disebutkan di atas, yayasan adalah badan hukum yang bersifat nirlaba. Berbeda dengan badan usaha lain seperti PT atau CV, yayasan tidak memfokuskan kegiatannya untuk mencari keuntungan. Artinya, yayasan tetap boleh mencari keuntungan, namun mencari keuntungan bukanlah tujuan utama yayasan. Keuntungan tetap diperbolehkan dicari untuk menjaga keberlangsungan kegiatan usaha dan mengembangkan yayasan demi tujuan utama yayasan. 

Sebagai badan hukum yang bersifat nirlaba dan dalam kegiatan usahanya diperbolehkan mencari keuntungan, maka yayasan sebagai wajib juga memiliki kewajiban membayar pajak. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang wajib pajak yayasan, terlebih dahulu ketahui apa itu perbedaan wajib pajak dan objek pajak. 

Pengertian wajib pajak  

Berdasarkan pasal 1 ayat (2) UU No. 28/2007,  “Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.” Sehingga baik pribadi maupun badan usaha, kewajiban dalam pajaknya telah diatur dalam peraturan perundang-undangan yaitu Pajak Penghasilan. Pajak Penghasilan adalah yang diterima dari Subjek Pajak yang menerima atau memperoleh Objek Pajak. Adapun Subjek Pajak menurut Pasal 2 UU No.36/2008 adalah: 

  1. orang pribadi;

  2. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak;

  3. badan; dan

  4.  bentuk usaha tetap

Pengertian objek pajak 

Sedangkan pengertian Objek Pajak menurut pasal 4 ayat (1)  UU No. 36/2008 adalah:

“Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan”. 

Pada akhirnya, apabila Anda mendirikan sebuah badan usaha, baik itu CV, PT, ataupun yayasan, maka Anda tetap diwajibkan membayar Pajak Penghasilan, sekalipun bersifat non-profit.

Kedudukan yayasan sebagai subjek pajak ini dipertegas dalam penjelasan pasal 2 huruf b Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang menjelaskan bahwa yang dimaksud badan sebagai subjek pajak adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha termasuk yayasan. 

Karena yayasan dibebankan PPh untuk badan, dengan demikian PPh yang dikenakan kepada yayasan berkaitan dengan penghasilan badan pada umumnya, misalnya penghasilan yayasan yang berasal dari laba usaha, imbalan pekerjaan, penghasilan karena bunga, dan penghasilan lainnya seperti yang diuraikan pada pasal 4 ayat (1) UU 36/2008. 

PPh yayasan terhadap keuntungan karena pengalihan harta 

Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (“UU 36/2008”), objek PPh juga termasuk keuntungan karena pengalihan harta baik berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan. 

Hubungan-hubungan tersebut seperti didefinisikan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90/PMK.03/2020 Tahun 2020 tentang Bantuan atau Sumbangan, Serta Harta Hibahan yang Dikecualikan sebagai Objek Pajak Penghasilan sebagai berikut:

  • Hubungan Usaha - yaitu hubungan yang terjadi apabila ada transaksi yang bersifat rutin antara pihak pemberi dan pihak penerima 

  • Hubungan Pekerjaan - yaitu hubungan yang terjadi apabila ada hubungan berupa pekerjaan, pemberian jasa, atau pelaksanaan kegiatan baik secara langsung maupun tidak langsung antara pihak pemberi dan pihak penerima 

  • Hubungan Kepemilikan - yaitu hubungan yang terjadi apabila terdapat penyertaan modal secara langsung maupun tidak langsung antara pihak pemberi dan pihak penerima 

  • Hubungan yang terjadi apabila ada penguasaan (menguasai atau beada di bawah penguasaan) baik secara langsung maupun tidak langsung antara pihak pemberi dan pihak penerima 

Jadi, bila ada pengalihan harta berupa hibah, bantuan maupun sumbangan kepada yayasan yang memiliki hubungan seperti yang dijelaskan di atas, maka yayasan akan tetap dibebankan PPh atas keuntungan pengalihan tersebut. Yayasan juga berkewajiban melakukan pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri selaku pemberi kerja, dan apabila yayasan mempekerjakan karyawan sesuai dengan Pasal 21 UU 36/2008. 

Kewajiban yayasan memiliki NPWP 

Setiap wajib pajak diwajibkan memiliki NPWP, demikian pula dengan yayasan yang tetap dibebankan PPh. Badan usaha yang tidak berorientasi laba/ non profit oriented memiliki syarat wajib pajak badan antara lain: 

Dokumen yang menunjukkan identitas diri dari salah satu pengurus badan atau perusahaan tersebut, berupa fotokopi KTP jika pengurus seorang WNI; atau fotokopi paspor pengurus jika pengurus perusahaan merupakan seorang WNA

Surat pernyataan yang bermaterai dari salah satu pengurus wajib pajak badan yang isinya menyatakan kegiatan yang dilakukan di tempat atau lokasi kegiatan tersebut dilakukan

Langkah-langkah membuat NPWP untuk yayasan 

Saat ini, NPWP badan untuk yayasan dapat dibuat melalui online dengan langkah-langkah sebagai berikut: 

  • Mengunjungi situs www.pajak.go.id dan memilih menu sistem e-Registration 

  • Melakukan aktivasi akun Sahabat Wirausaha dengan membuka inbox dari email yang digunakan untuk mendaftar sebelumnya, kemudian mengikuti setiap petunjuk yang tertera

  • Mengisi formulir pendaftaran dengan memasukkan alamat email dan password dan klik tautan yang tersedia

  • Setelah berhasil login, buka halaman Registrasi Data Wajib Pajak untuk memulai pembuatan NPWP dengan cara mengisi data dengan benar dan teliti. Jika langkah yang Anda lakukan sudah benar, maka akan muncul surat keterangan terdaftar sementara 

  • Kirim formulir pendaftaran, maka secara otomatis formulir registrasi wajib pajak secara online akan terkirim ke KPP tempat wajib pajak terdaftar 

  • Selanjutnya, ada beberapa dokumen yang perlu Anda cetak, yaitu: 

  • Formulir Registrasi Wajib Pajak

  • Surat Keterangan Terdaftar Sementara

  • Tanda tangani formulir registrasi wajib pajak tersebut, dan lengkapi dokumen yang dibutuhkan 

  • Kirim formulir registrasi wajib pajak ke KPP dengan scan dokumen dan mengunggahnya dalam bentuk soft file melalui aplikasi e-Registration

Bagaimana, sangat mudah bukan? Ikutilah langkah-langkah membuat NPWP di atas agar di kemudian hari, kegiatan yayasan terkait dengan pajak dapat berjalan lancar.

Rekomendasi:

Untuk pendirian Yayasan Anda bisa menggunakan Paket Pendirian Yayasan atau   Perkumpulan. Yang akan Anda dapatkan:

  • ✔ Akta Pendirian

  • ✔ SK Kemenkumham

  • ✔ NPWP

  • ✔ Tanda Daftar Yayasan (TDY)

Hubungi Sales KamiLihat Paket Lainnya
Easybiz sudah dipercaya oleh 3000+ Perusahaan di Indonesia
Tag:
Bagikan artikel ini
Facebook
LinkedIn
Twitter
Whatsapp

Artikel yang Cocok untuk Anda

Badan Usaha
Yayasan Didirikan Oleh Koperasi, Mungkinkah?

Yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian harta kekayaan pendirinya, sebagai kekayaan awal. Orang di sini adalah orang perseorangan atau badan hukum.

16 May 2021Bacaan 4 Menit

Badan Usaha

Struktur organ yayasan terdiri dari pembina, pengurus, dan pengawas. Setiap organ tersebut memiliki tugas dan kewenangannya masing-masing. Berikut ulasannya.

27 September 20242 menit

Easybiz adalah anak perusahaan Hukumonline.com yang menawarkan solusi kemudahan, kenyamanan dan legalitas dalam berbisnis di Indonesia. Kami memberikan layanan pendirian badan usaha dan perizinan untuk UKM dan startup di Indonesia mulai dari proses pendirian PT, domisili, hingga pengurusan izin-izin yang diperlukan untuk memulai usaha.


PT Justika Solusi Indonesia, AD Premier Office Park Lantai 9 Jl. TB Simatupang No. 5 Ragunan, Pasar Minggu Jakarta
📞: 963-963-71-6180

Selama pandemi COVID-19, semua konsultasi dan pengiriman dokumen dilakukan secara online.

WhatsApp Kami Di Sini

Layanan Easybiz

Layanan Pengaduan Konsumen

Direktorat Jendral Perlindungan
Konsumen dan Tertib Niaga
Kementrian Perdagangan RI

📞: 0101-1111-3580

Bantuan dan Panduan

Ikuti Kami

Copyright © 2024 Easybiz | All Rights Reserved